Cari

Kabupaten Sindangkasih: Kabupaten Majalengka Zaman Belanda

Sindangkasih itu Majalengka
Sumber: Hollander, Jan Jacob:
  Handleiding bij de beoefening der land- en volkenkunde van ... ,
1882
[Historiana] - Kabupaten Sindangkasih adalah nama lain dari kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat. Dalam artikel ini, akan ditampilkan situasi sosial-ekonomi dan politik ketika Kabupaten Sindangkasih masih berdiri zaman kolonialisme Belanda. Data berdasarkan sumber-sumber dari Belanda.

Berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal D. J. de Eerens No. 2 tanggal 11 Februari 1840. Selain mengubah nama Kabupaten Maja menjadi Kabupaten Majalengka, Pemerintah Hindia Belanda pun mengubah  pusat pemerintahan Kabupaten Majalengka yang sebelumnya bernama Sindangkasih menjadi Majalengka, sebagaimana tertulis dalam besluit tersebut.

 … Ten derde te bepalen, dat het regentschap Madja (residentie Cheribon) alsmede de zetel van dit Regentschap, thans genaamd Sindang-Kassie, voortaan den naam zullen voeren van : MADJA-LENGKA …
Ketiga, menetapkan bahwa Kabupaten Maja (Keresidenan Cirebon) serta pusat pemerintahan kabupaten itu, yang sekarang bernama Sindang-Kassie, sejak sekarang diubah menjadi : MADJA-LENGKA. 
Alun-alun Majalengka
Perubahan dalam Besluit itu kita maknai sebagai mengganti nama Kabupaten, sekaligus nama kotanya? Benarkah Besluit itu juga mengiringi nama kota Sindangkasih menjadi Kota Majalengka? Pada waktu itu yang menjadi Bupati Majalengka adalah Raden Adipati Aria Kartadiningrat cucu Kyai Bestaman, seseorang yang telah berjasa kepada Pemerintah Hindia Belanda yang berasal dari Semarang.

Sindangkasih sebagai Ibukota Kabupaten Majalengka
Dalam "TIJDSCHRIFT voor NEËRLANDs INDIE", terbit tahun 1844, karya Derde Deel. disebutkan bahwa Sindangkasih adalah Ibukota Kabupaten Majalengka. Buku ini sangat menyenangkan untuk dibaca. Sifatnya naratif, berupa laporan perjalanan penulis. Buku yang bisa dikatergorikan semacam "deep report". Banyak nama yang disebutkan di dalamnya, terutama nama-nama penguasa saat itu dan sudah tenta orang-orang Belanda yang penulis temui. Tidak hanya Jawa, Beberapa daerah dituliskan di dalamnya seperti Palembang dan lain.lain.
Sementara dalam Besluit Belanda bahwa sejak pemindahan Kabupaten Maja dan mengubah nama kabupaten menjadi Majalengka yang berkedudukan di Sindangkasih. Jadi, saat itu ibukota Majalengka barangkali masih disebut "Sindangkasih", belum "Majalengka".

...verzengende, brandende zon, de getrouwe maan vergezelde ons verder op onze reis van Radjagalo naar Sindangkassie,  de hoofdplaats van het Regentschap Madjalengka Zonder tegenspoed kwamen wij over eenige rivieren, waarvan gedurende den laatsten regentijd, door de verschrikkelijke banjers, de bruggen waren weggespoeld: en tegen acht uur des avonds bevonden wij ons in den prachtigen dalm van den Regent Radin Adipatti Aria Karta di Ningrat.
...terik, membakar matahari, bulan setia menemani kami di perjalanan kami Radjagalo untuk Sindangkassie, ibukota Kabupaten Madjalengka Tanpa kesulitan kami menemui beberapa sungai, yang pada musim hujan lalu, Banjers (banjir) mengerikan, jembatan hanyut: dan Menjelang pukul delapan malam kami menemukan diri di lembah indah kediaman Bupati Radin (Raden) Adipatti Aria Karta di Ningrat. 
Ik zal u niet ophouden met een verhaal van de gulheid en voorkomende vriendelijkheid van den gastheer. Ieder, die een reis over Java wil beschrijven, dient zijne lezers vooraf te waarschuwen, dat hij alleen gewag zal maken van die huizen, waar hij geene uitstekende gastvrijheid aan trof, want anders zal het verhaal van al de beleefdheden, die hij op zijnen togt ontving, een groot gedeelte van zijn boek moeten beslaan. Een heerlijk souper, een koel slaapvertrek, een goed bed, en den volgenden morgen een verfrisschend, bad van helder bronwater zijn voor eenen reiziger op dit eiland wel de meest wenschelijke zaken, die ook ons met de grootste bereidvaardigheid werden, ge schonken.
Saya tidak akan menghentikan Anda dengan cerita tentang kemurahan hati dan kebaikan tuan rumah. Siapa pun yang ingin menggambarkan pelayaran ke Jawa harus memperingatkan pembacanya sebelumnya bahwa ia hanya akan menyebutkan rumah-rumah itu, yang tidak ia temukan keramahannya, jika tidak, kisah semua sapa yang akan ia ambil menerima sebagian besar bukunya. Makan malam yang lezat, kamar tidur yang sejuk, tempat tidur yang baik, dan keesokan paginya, pemandian air yang menyegarkan yang menyegarkan diberikan kepada seorang pelancong di pulau ini, hal-hal yang paling diinginkan, yang juga memberi kami kemauan terbesar. 
Setidaknya dalam buku "Tijdschrift voor neërlands indie" tahun 1844 masih menyebut kota Sindangkasih, bukan Majalengka. Atau ... mungkinkah Sindangkasih yang dimaksud penulis itu adalah kota Maja? Mari kita perhatikan kutipan di bawah ini:
Reeds vroeg zaten wij weder op het rijtuig en sloegen, na de zindelijke, uitgestrekte en aangenaam gelegen negerie Sindangkassie verlaten te hebben, den weg in naar Madja , de hoofdplaats van het district van dien naam. Langzamerhand begon nu de weg al meer en meer te rijzen: en toen wij te Madja onze rijtuigen met rijpaarden hadden verwisseld, zou de aangename koelte en verfris schende lucht, die wij inademden, ons gewaarschuwd hebben, dat wij het gebergte beklommen, al hadden wij voor de bekoorlijke landstreek rondom ons ook de oogen gesloten. Elke stap van het paard bragt ons al hooger en hoo ger:... 
Kami kembali ke kereta lagi dan duduk, setelah itu meninggalkan negeri yang terbentang luas bersih, dan menyenangkan, Sindangkassie, kami berangkat ke Madja, ibu kota distrik dengan nama itu. Perlahan-lahan jalan mulai semakin lama semakin menanjak: dan ketika kami menukarkan gerbong kami dengan menunggang kuda di Madja, kesejukan dan udara segar yang menyenangkan yang kami hirup akan mengingatkan kami bahwa kami telah mendaki gunung, meski kami memejamkan mata ke daerah menawan di sekitar kita. Setiap langkah kuda membawa kita lebih tinggi dan lebih tinggi:...

Kita menggarisbawahi pada kutipan di atas "...meninggalkan Sindangkassie, kami berangkat ke Madja, ibu kota distrik dengan nama itu..." hemmm... ini jelas menunjukkan bahwa kota Sindangkasi bukan Maja. Penulis menceritakan bahwa ia berangkat dari Sindangkasih ke Maja, yaitu distrik dengan nama yang sama, maksudnya Distrik Maja.

Ada yang menarik di sini, berdasrkan data para bupati di wikipedia, Bupati Pertama Majalengka. Numutkeun informasi yen Bupati Pertama teh R. T. Dendanegara (1819-1849) nu masih dietang tina jabatan Bupati Maja. Bupati Majalengka nu kadua R. A. A. Kartadiningrat (1849 - 1861).
Namun aya buku "Tijdschrift voor neërlands indie" nu diserat taun 1844 nu nyebatkeun Bupati harita RAA Kata Diningrat. Padahal nembe ngajabat taun 1849?

Sumber lainnya. Dalam ALPHABETISCH OVERZICHT VAN HET WERK VAN DEN HEER S. van Deventer JSzn. "Bijdragen tot de kennis van het landelijk stelsel op Java” berupa indeks
Bij de instructie der regenten van 27 Sept. 1808 werd hun de zorg opgedragen voor het bezaaien en beplanten der rijstvelden. I 31; T. V. N. I. 1864 I 41. — 
Bij diezelfde instructie werden rijstvelden afgestaan aan verschillende inlandsche beambten. I 32; T. v. N. I. 1864 I 42. — 
Bepalingen in 1808 en 1809 voor de cheribonsche laudeji vastgesteld ten aanzien van het bezit en gebruik der rijstvelden en de beschikking over het product. I 36—49; T. v. N. I. 1864 I 46— 
Verslag van Baud , wat de rijstkultuur betreft , omtrent zijne in 1834 gedane inspectiereis: Gunstige staat der rijstkultuur in Cheribon, die nog verbeterd zou worden door de rijstvelden van de districten Sindang Kassi en Lossari met levend water te besproeien. II 631; T. v. N. I. 1866 I 12. -
Dengan instruksi Bupati 27 September. Pada tahun 1808 mereka diberi perawatan untuk menabur dan menanam sawah. I 31; T. V. N. I. 1864 I 41. -
Dalam instruksi yang sama, sawah diberikan kepada berbagai pejabat pribumi. I 32; T. v. N. I. 1864 I 42. -
Ketentuan yang ditetapkan pada tahun 1808 dan 1809 untuk cheribon laudeji berkaitan dengan kepemilikan dan penggunaan sawah dan pembuangan produk. I 36-49; T. v. N. I. 1864 I 46-
Laporan Baud mengenai budidaya padi dalam kaitannya dengan tur inspeksi di tahun 1834: Status budidaya padi yang menguntungkan di Cheribon, yang akan diperbaiki dengan menyemprotkan sawah di kabupaten Sindang Kassi dan Lossari dengan air hidup. II 631; T. v. N. I. 1866 I 12. - 
Menurut sumber di atas, di Kabupaten Sindangkasih dibangun saluran air irigasi untuk pengairan pertanian padi di sawah yang terdapat di kabupaten Sindangkasih.

Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Hindia Belanda tanggal 5 Januari 1819 Nomor 23, dimana wilayah Keresidenan Cirebon dibagi menjadi lima kabupaten yaitu Cirebon, Bengawan Wetan, Maja, Galuh, dan Kuningan, merupakan cikal bakal Kabupaten Majalengka.




Menurut Buku Kamus (woordenboek) "Aardrijkskundig woordenboek der Nederlanden", terbitan tahun 1847 Wilayah di keresidenan Cirebon terdiri 6 kabupaten:
Madja reg in Oost Indie, op het Sundasche eil java resid. Cheribon, palende N en O aan De Zee-van-Java, Z. Aan bet reg. Koeningan , W aan de Preanger Regentschappen. Dit reg. bevat zes districten als Madja, Sindang-Kassie, Radja-Gulo, Telaga, Palimanang en Kadongdang. De regent voert den titel van Radeen-Adipati  
(Terjemahan bebas: Madja wilayah di Hindia Timur, di tanah Sunda di (pulau) Jawa. Bagian dari keresidenan Cheribon, di bagian Utara (Noorden=N) dan timur (Oost=O) berbatasan dengan Lautan Jawa, Selatan (Zuiden=Z) dengan wilayah Koeningan, Barat (Westen=W) dengan Preanger Regentschappen.Wilayah ini (keresidenan Cirebon) berisi enam kabupaten seperti Madja, Sindang-Kassie, Radja-Gulo, Telaga, Palimanang dan Kadongdang. Bupati menyandang gelar Raden-Adipati).
Dengan demikian, pada tahun  1847 di keresidenan Cirebon masih terdapat Kabupaten Sindangkasih (Sindang-Kassie).

Dimanakah Letak Kota Sindangkasih?
Di Kecamatan Majalengka terdapat Desa Sindangkasih. Apakah Sindangkasih ini yang dimaksud ibukota Kabupaten Majalengka? Mari kita cermati informasi dari buku" Beknopte beschrijving van de Nederlandsche overzeesche"-Uraian singkat tentang kekayaan luar negeri Belanda, cuplikannya berikut ini:

Madja-Lengka 6 distrikten, Madja, Sïndang-Kaesie, Radja-Galo, Telaga, Palimanang en Kadondong. MajaLengka 6 distrik, Maja, Sïndang-Kaesie (Sindangkasih), Radja-Galo (Rajagaluh), Telaga (Talaga), Palimanang (Palimanan) dan Kadondong (Kedondong). Palimanan dan Kedondong selanjutnya masuk ke wilayah Cirebon.

Dengan demikian, bahwa Sindangkasih yang dimaksud adalah kota Majalengka sekarang ini. Bukan desa Sindangkasih. Seperti dalam catatan di atas, bahwa dari Sindangkasih ke Maja jalanan menanjak.

Dalam buku "Tijdschrift voor Neerland's Indië jrg 5, 1843 (1e deel) [volgno 2] Deel: 1e deel" - Journal for Neerland's East Indies jrg 5, 1843 (bagian pertama) [volgno 2] Bagian: bagian pertama menggambarkan lokasi Sindangkasih dan nama tempat sebagai Sindangkasih:

Perjalanan mengunjungi SindangkasihJournal for Neerland's East Indies jrg 5, 1843 (bagian pertama) [volgno 2]
Pada tanggal 17 kami kembali dari Limbangan ke Bandong; Dari sinilah aku melanjutkan perjalanan dengan membawa kereta ke Soemadang.
Den 17den keerden wij van Limbangan naar Bandong terug ; van hier vervolgde ik de reis met een wagen tot Soemadang. 
Den 18den van Soemadang naar Cheribon , de hoofdplaats van eene andere provincie en de zetel van eenen Resident; den 19, 20 en 21sten bleven wij stil te Cheri-bon, ten huize van den Resident, die mij voorsloeg hem op een springtogtje in zijne residentie te vergezellen. Wij gaven een bezoek aan de beide Sultans en bezigtigden hunne grafsteden en tuinen. Den 22sten van Cheribon naar Sindangkassie, den 23sten van Sindangkasie naar Talaga, den 24sten van Talaga naar Penjalo, eene zeer aangename plaats, met een schoon meer, het heerlijkste landschap, dat ik op Java zag. Den 25sten bleven wij te Penjalo over. De Resident was zoo beleefd, van aan een der eilanden van het meer den naam van "Fi'dwa" te geven , in navolging van den vorigen Resident, die zijnen naam eveneens aan een dier eilanden gaf, en dien van een' fingelschman, aan een voorgebergte, dat zich in het meer uitstrekt. Den 2östen keerden wij van Penjalo naar Talaga terug, den 27sten van Talaga naar Koeningan, den 28sten van Koeningan naar Cheribon, den 29sten van Cheribon naar Tagal, de hoofdplaats der residentie van dienzelfden naam. Hier was weinig te zien. De Resident bood mij aan, ook hier een uitstapje te maken, maar daar er weinig belangrijks in de binnenlanden van deze Provincie te onderzoeken viel, zoo bedankte ik hem voor zijne goedheid en vervolgde mijne reis. 
Pada tanggal 17 kami kembali dari Limbangan ke Bandong; Dari sinilah aku melanjutkan perjalanan dengan membawa kereta ke Soemadang.
Pada tanggal 18 dari Soemadang ke Cheribon, ibu kota provinsi lain dan tempat tinggal seorang Residen; Pada tanggal 19, 20 dan 21, kami berdiam diri di Cheri-bon, di kediaman Residen, yang memberi tahu saya untuk menemaninya di mata air di kediamannya. Kami mengunjungi dua Sultan dan menggunakan tempat pemakaman dan kebun mereka. Tanggal 22 dari Cheribon ke Sindangkassie, tanggal 23 dari Sindangkasie ke Talaga, tanggal 24 dari Talaga ke Penjalo, tempat yang sangat menyenangkan, dengan danau yang bersih, pemandangan paling indah yang kulihat di Jawa. Pada tanggal 25 kami tetap di Penjalo. Residen itu sangat sopan, memberi nama "Fi'dwa" ke salah satu pulau di danau, meniru mantan Residen, yang juga memberi namanya ke pulau binatang, dan seorang lelaki, sebuah tanjung yang membentang ke danau. Kami kembali dari Penjalo ke Talaga, tanggal 27 dari Talaga ke Koeningan, tanggal 28 dari Koeningan ke Cheribon, tanggal 29 dari Cheribon ke Tagal, ibu kota kediaman dengan nama yang sama. Hanya sedikit yang bisa dilihat di sini. Residen menawarkan saya untuk melakukan kunjungan di sini juga, tapi karena tidak ada pentingnya di pedalaman Provinsi ini, saya mengucapkan terima kasih atas kebaikannya dan melanjutkan perjalanan saya.
Kutipan di atas hanya menyebutkan Sindangkasih (kejadian pada tahun 1843), bukan Madjalengka. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Madjalengka dengan kotanya bernama Sindangkasih, sebagaimana dijelaskan dalam Besluit Gubernur Jendral Belanda 1840.

Di bawah ini dari "Handleiding bij de beoefening der land- en volkenkunde van Nederlandsch-Oost Indie" lebih jelas dan tegas bahwa kota Majalengka sekarang adalah Sindangkasih.

Klik untuk memperbesar
In de Afdeeling Madjalengka (vroeger Sindang Kassie, genaamd):
Madjalengka (vroeger Sindang Kassi, onder welken naam het ook nu nog bekend is en op de kaarten voorkomt), de hoofdsplaats van het regenschap en der afdeeling  van dier naam en zetel van den adsisten resident.
Di Afdeling Madjalengka (sebelumnya bernama Sindang Kassie):
Madjalengka (sebelumnya Sindang Kassi, di mana masih dikenal sampai sekarang dan ada di peta), tempat utama pendaftaran dan pembagian nama dan tempat tinggal penduduk tetap. 
Catatan: Afdeling (Bahasa Belanda:Afdeeling) adalah sebuah wilayah administratif pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda setingkat Kabupaten. Administratornya dipegang oleh seorang asisten residen. Afdeling merupakan bagian dari suatu karesidenan.

Pada buku dengan judul yang sama di atas, terbitan tahun 1882:
In de Afdeeling Madjalengka (vroeger Sindang-kassi genaamd)' Madjalengka (vroeger Sindang-kassi, onder welken naam het ook nu nog bekend is en op sommige kaarten voorkomt), de hoofdplaats der Afdeeling van dien naam en de zetel van den Adsistent Resident en standplaats van een Controleur.Leuwi Moending, Districtshoofdplaats van Radja-galoeh en standplaats van den Controleur in die Contróle-afdeeling. 
Dalam Afdeeling Madjalengka (sebelumnya Sindang-Kassi disebut) 'Madjalengka (sebelumnya Sindang-Kassi, di mana nama itu sekarang dikenal, dan muncul di beberapa peta), nama ibukota afdeling itu dan kantor Asisten Residen dan tempat seorang Supervisor.
Leuwi Moending, Markas Besar Distrik Radja Galoeh dan Pusat Kendali Pengendali di Divisi Contrôle.
Karang Sambung, op de grens der Preanger-Regentschappen, aan den Grooten weg on den rechteroever der tji-Manoek, met koffie-pakhuizen van liet Gouvernement. 
Karang Sambung, di perbatasan kabupaten Prriangan, di Jalan Besar di tepi kanan tji-Manuk, dekat gudang kopi Pemerintah.

Sindangkasih di Wilayah Tatar Ukur
Sindangkasih merupakan salah satu umbul dalam pemerintahan Bupati Wedana Dipati Ukur. Dipati Ukur (Wangsanata atau Wangsataruna) adalah seorang bangsawan penguasa Tatar Ukur pada abad ke-17. Tatar dalam bahasa Sunda berarti tanah atau wilayah. Sedangkan dipati (adipati) adalah gelar bupati sebelum zaman kemerdekaan.Dipati Ukur adalah Bupati Wedana Priangan yang pernah menyerang VOC di Batavia atas perintah Sultan Agung dari Kesultanan Mataram pada tahun 1628. Serangan itu gagal, dan jabatan Dipati Ukur dicopot oleh Mataram. Untuk menghindari kejaran pasukan Mataram yang akan menangkapnya, Dipati Ukur dan pengikutnya hidup berpindah-pindah dan bersembunyi hingga akhirnya ditangkap dan dihukum mati di Mataram.

Jadi, secara otomatis wilayah Sindangkasih bagian dari Mataram. Pada masa pemerintahan Dipati Ukur, luas wilayah Ukur mencakup sebagian besar wilayah di Jawa Barat, yang terdiri dari sembilan daerah yang disebut Ukur Sasanga yaitu
  1. Ukur Bandung (wilayah Banjaran dan Cipeujeuh),
  2. Ukur Pasirpanjang (wilayah Majalaya dan Tanjungsari), 
  3. Ukur Biru (wilayah Ujungberung Wetan), 
  4. Ukur Kuripan (wilayah Ujungberung Kulon, Cimahi, dan Rajamandala), 
  5. Ukur Curugagung (wilayah Cihea), 
  6. Ukur Aranon (wilayah Wanayasa), 
  7. Ukur Sagaraherang (wilayah Pamanukan dan Ciasem), 
  8. Ukur Nagara Agung (wilayah Gandasoli, Adiarsa, Sumedangan), dan 
  9. Ukur Batulayang (wilayah Kopo, Rongga, dan Cisondari). 
Saat ini wilayah Ukur Sasanga meliputi Kota dan Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Karawang.

Dipati ukur dianggap pemberontak oleh Mataram. Ia mulai melobi beberapa bupati untuk juga melawan Mataram dan menjadi Kabupaten yang mandiri. Ajakan ini menimbulkan pro dan kontra. Sebagian ada yang setuju seperti Bupati Karawang, Ciasem, Sagalaherang, Taraju, Sumedang, Pamanukan, Limbangan, Malangbong dan sebagainya. Dan sebagian laginya tidak setuju. Di antara yang tidak setuju itu adalah Ki Somahita dari Sindangkasih, Ki Astamanggala dari Cihaurbeuti, dan Ki Wirawangsa dari Sukakerta.

Mataram berupaya melakukan penangkapan Dipati Ukur. Menurut wikipedia, Penangkapnya adalah tiga umbul dari Priangan Timur, yaitu Umbul Sukakerta (Ki Wirawangsa/Raden Tumenggung Wiradegdaha/Wiradadaha), Umbul Cihaurbeuti (Ki Astamanggala/ Tumenggung Wiraangunangun) dan Umbul Sindangkasih (Ki Somahita/Tumenggung Tanubaya). Dipati Ukur kemudian dibawa ke Mataram dan oleh Sultan Agung dijatuhi hukuman mati pada tahun 1632.

Menurut pendapat Haan, Frederik dalam "I. Commentaar § 1-1500. II. Staten en Tabellen", 1912 perjuangan Dipati Ukur penuh dengan kebencian dari tatar priangan terhadap Dipati Ukur dari Mataram. Penuh intrik politik dan fitnah sehingga Dipati Ukur dianggap bersalah dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1632.

Analisis: Sindangkasih yang dimaksud Umbul Sindangkasih tersebut menunjuk Sindangkasih karawang? Bisa jadi. Bila menelusuri wilayah Parakanmuntjang bahwa Parakanmuntanjang mencakup Indramayu, Majalengka, dan Purwakata. Sindangkasih di karawang termasuk Umbul yang setuju dengan Dipati Ukur. Jadi... Sindangkasih yang dimaksud di sini tentu Sindangkasih Majalengka yang menentang Dipati Ukur dan lebih pro kepada Mataram.

Kemungkinan kedua, Sindangkasih dimaksud adalah Beber Cirebon? Saat pemerintahan Dipati Ukur, Cirebon tidak masuk "Tatar Ukur". Apalagi kemungkinan Sindangkasih di Banten.

Pada tahun 1632 ini Sumedang menganggap kesempatan melakukan pemberontakan untuk memerdekakan diri dari Mataram. Namun, Cirebon yang masih setiap terhadap Mataram berhasil memadamkan pemberontakan Sumedang. Pertempuran antara Sumedang dan Cirebon terjadi di Cimanuk.

Bupati dan Pejabat masa kepemimpinan Bupati ke-5
Dalam buku "Albrecht's almanak prijai". Buku terbitan tahun cetakan1889 yang telah diterbitkan sejak 1808. Berisi tentang Pengadilan, perpajakan, Penduduk serta pengklasifikasiannya dan para petugas di Pulau Jawa dan Madura.

Berikut Struktur pejabat pengadilan masa pemerintahan Kabupaten Majalengka 1889-1896:

Struktur pemerintahan dan Pejabat Majalengka
Data Penduduk Jawa dan Madura tahun 1896

Bilih kalangkungan nyuhunkeun dikirangan, bilih kirang nyuhunkeun disampurnakeun

Sumber:
  1. "Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië", 1884. delpher.nl diakses 20 Februari 2018.
  2. "Beknopte beschrijving van de Nederlandsche overzeesche Bezittingen", 1846, delpher.nl. Diakses Februari 2018.
  3. "Albrecht's almanak prijai" 1899.staatsbibliothek-berlin.de diakses Maret 2018
  4. Haan, Frederik. "I. Commentaar § 1-1500. II. Staten en Tabellen", 1912. staatsbibliothek-berlin.de diakses Maret 2018
  5. Hollander, Jan Jacob. "Handleiding bij de beoefening der land- en volkenkunde van Nederlandsch-Oost Indie." 1861 staatsbibliothek-berlin.de
  6. Hollander, Jan Jacob. "Handleiding bij de beoefening der land- en volkenkunde van Nederlandsch-Oost Indie." 1882. staasbibliothek-berlin.de
Baca Juga

Sponsor