Cari

Mandala Sagara Kidul: Kerajaan Sagara Kidul | Bawahan Tarumanagara

peta Mandala Tanjung Kidul
[Historiana] - Mandala Sagara Kidul adalah satu dari 73 Mandala yang disebutkan dalam Naskah Sunda Kuno (NSK) Carita Parahyangan. Sagara Kidul ini bukanlah kerajaan ghaib yang dipimpin Ibu Ratu Nyi Loro Kidul dalam mitos Nusantara, tetapi berupa kerajaan konvensional di bawah kerajaan Salakanagara dan kemudian di bawah Tarumanagara. Mandala Sagara Kidul, termasuk dalam daftar Kabuyutan atau Kemandalaan di Tatar Pasundan. Mandala Sagara Kidul berada di pesisir Samudra Hindia dan lebih tepat dengan sebutan nama Mandala Tanjung Kidul.

Mandala dalam arti awal adalah berupa kawasan perdikan yang dipimpin seorang Guru Resi. Selanjutnya fungsi-fungsi Mandala sebagai kawasan perdikan Sunda (pendidikan ajar pikukuh Sunda) meluas menjadi Kerajaan. Oleh karena itu Manda ini juga dapat disebut sebagai Kerajaan Sagara Kidul atau Kerajaan Tanjung Kidul.

Kerajaan Tanjung Kidul adalah sebuah Kerajaan bercorak hindu yang didirikan di Selatan Kabupaten Cianjur sekarang. Nama Ibukota-nya adalah Aghrabintapura. Namun seringkali nama ibu kota ini menjadi sebutan nama kerajaannya. Rajanya ialah Swetalimansakti adik dari Senapati  bahadura dan Dewawarman I. Seperti halnya Kerajaan Hujung Kulon, kerajaan ini menjadi bawahan Kerajaan Tarumanegara setelah pamor Indraprahasta menurun.

Agrabintapura sudah tercatat dalam dalam ingatan hampir 2000 Tahun lamanya dan tercetak dalam sejarah tertulis dalam Naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara, Pustaka Carita Parahyangan i Bhumi Jawa Kulwan, Pustaka Nagarakretabhumi dan Carita Parahyangan. sejak berdirinya Kerajaan Tanjung Kidul dengan dengan ibukota Agrabintapura pada tahun 150 Masehi telah mewarnai timbul dan tenggelamnya wilayah Agrabinta. Kerajaan Tanjung kidul didirikan oleh Sri Paduka Prabu Swieta Liman Sakti yang merupaka adik dari Raja Kerajaan Salakanagara.

Sampai saat ini letak ibukota Agrabintapura belum bisa ditentukan dikarenakan sejarah yang terputuh sekian ratus tahun sejak berakhirnya Kerajaan Pajajaran. Agrabintapura merupakan pusat pendidikan militer sejak Kerajaan Salakanagara sampai Kerajaan Pajajaran. Sisa pasukan militer dan turunannya diberdayakan oleh Haji Prawatasari untuk berjuang dalam melawan Kompeni Belanda.

Menurut Yoseph Iskandar seorang Sejarahwan Sunda, bahwa letak Agrabintapura ada di wilayah Agrabinta sekarang persisnya berada dilingkungan kebon karet PTPN VIII diantara Desa Jatisari dan Desa Wanasari. Melihat topimini wilayah agrabinta bisa mendukung atas pandangan Yoseph Iskandar, dimana daerah tersebut berada di atas walaupun dekat pantai (Lemah Dhuwur) dan diantara dua aliran sungai yaitu sungai Ciagra dan sungai cibintaro.

Secara konsep pertahanan Agrabintapura di kelilingi oleh Benteng-Benteng Alam, di sebelah utara di bentengi oleh lembah Citangkolo yang lebar dan dalam, disebelah timur di bentengi oleh  lembah sungai Cibintaro, di sebelah selatan benteng alam Cibintaro yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan sebelah barat lembah sungai Ciagra.

Merunut konsep spiritual Agrabintapura berada sejajar membentuk garis lurus dengan Gunung gede, ketika berada di Agrabinta kita bisa melihat dengan jelas kesebelah utara terlihat Gunung Gede dan disebelah timur Gunung Papandayan dan sebelah selatan bergaris jelas Samudera Hindia. Disamping itu semua, di Agrabinta terdapat banyak aliran sungai yang tentunya mendukung untuk konsep ritual keagamaan jaman dahulu.

Pada jaman penjajahan, Agrabinta merupakan basis terakhir pertahanan Tentara Belanda yang ditaklukan oleh Tentara Jepangdi wilayah Jawa Barat. Pada waktu penaklukan, serangan laut tentara jepang tidak bisa mendarat di Pesisir Datarlega tepatnya muara sungai Cidahon dikarenakan kuatnya bungker pertahanan Belanda disepanjang benteng alam Cibintaro.

Berdasarkan peta di atas, teritorial Salakanagara terdiri dari wilayah inti kerajaan dan beberapa Mandala (kerajaan bawahan). Beberapa diantaranya yang sudah diketahui adalah; Mandala Ujung Kulon yang meliputi wilayah kabupaten Pandeglang dan kabupaten Lebak sekarang, dibawah pimpinan Raja Bahadura Harigana Jaya Sakti adik pangeran Dewawarman. Purasaba kerajaan Ujung Kulon kemungkinan berlokasi di sekitar teluk penanjung yang memanfaatkan teluk itu untuk prasarana transportasi, komunikasi dan perdagangan sebagai pelabuhan alam karena kurang dan sulitnya jalan darat.

Kemudian Mandala Tanjung Kidul, meliputi wilayah pesisir dari pedalaman Sukabumi sampai dengan Cianjur sekarang, dipimpin raja Sweta Liman Sakti yang juga adik Dewawarman. Purasaba negara Tanjung Kidul adalah Agrabintapura yang terletak di sekitar gunung Bengbreng daerah antara sungai Citarik dan pantai Cidaun. Dan ketiga yang sudah diketahui adalah Kerajaan Agnynusa (Negeri Api)yang berada di Pulau Krakatau.


Referensi


  1. Nurhajarini, Dwi Ratna. 1999. "Kajian mitos dan nilai budaya dalam Tantu panggelaran". Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
  2. Ayatrohaedi. 2005. "Sundakala: Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-330-5 
  3. Danasasmita, Saleh. 2003. "Nyukcruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi". Bandung: Kiblat Buku Utama.
  4. Lubis, Nina Herlina., Dr. MSi, dkk. 2003. "Sejarah Tatar Sunda jilid I dan II". Bandung: CV. Satya Historica. 
  5. Darsa, Undang A. 2004. “Kropak 406; Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan“, Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah Kuno yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga. Bandung-Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran: hlm. 1 – 23.
  6. Ekadjati, Edi S. 1995. Sunda, Nusantara, dan Indonesia; Suatu Tinjauan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pada Hari Sabtu, 16 Desember `1995. Bandung: Universitas Padjadjaran.
  7. Ekadjati, Edi S. 1981. Historiografi Priangan. Bandung: Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran.
  8. Ekadjati, Edi S. (Koordinator). 1993. Sejarah Pemerintahan di Jawa Barat. Bandung: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
  9. Iskandar, Yoseph. 1997. "Sejarah Jawa Barat: Yuganing Rajakawasa". Bandung: Geger Sunten.
  10. Raffles, Thomas Stamford. 1817. The History of Java, 2 vol. London: Block Parbury and Allen and John Murry.
  11. Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History of Java (Terjemahan Eko Prasetaningrum, Nuryati Agustin, dan Idda Qoryati Mahbubah). Yogyakarta: Narasi.
  12. "Kerajaan-Kerajaan Bawahan Kerajaan Salakanagara" sundalawas.blogspot.co.id Diakses 29 April 2018.



Baca Juga

Sponsor