Cari

Islam Bergejolak, Membangkitkan Ajaran lama Zoroaster di Iraq

Zoroaster dan umatnya. Foto: Pinterest
Ketika keragaman agama, kini menghadapi kematian segera di negara-negara Timur Tengah. Khususnya di negara Suriah dan Irak - peristiwa berikut munculnya Negara Islam (ISIS) dan ancaman terhadap keragaman ini telah membuat lebih mudah bagi penganut Zoroastrianisme untuk mengungkapkan diri mereka sendiri setelah mereka telah menyembunyikan agama mereka selama 15 abad dan dipaksa mengkonversi ke agama baru, setelah penaklukan Muslim di Irak.

Zoroastrianisme, hari ini hadir di beberapa wilayah Kurdistan Irak dan daerah lainnya administratif yang berafiliasi dengan pemerintah federal Irak. Tapi tidak ada angka akurat berapa jumlah mereka karena mereka masih disebut sebagai "Muslim" dalam dokumen identitas mereka, meskipun mereka terlibat dalam ritual keagamaan Zoroaster. Ini merupakan pembatasan hak mereka untuk kebebasan berkeyakinan, terutama karena keluar dari Islam ke agama lain dianggap kejahatan menurut Hukum Status Pribadi (baca: Personal Status Law-dalam bahasa Arab).

Orang-orang Kurdi meninggalkan Islam, kembali ke agama Zoroaster

Menurut Zoroastrian Cultural and Heritage Center di Sulaimaniyah - dimana terdapat sebuah kuil kecil Zoroaster yang pertama dalam sejarah Irak modern - Luqman Haji, pemimpin spiritual dari Irak Zoroaster, mengelola pindah agama dari Islam ke Zoroastrianisme melalui ritual upacara Kushti (Kushti adalah korset suci dikenakan oleh Zoroastrian sekitar pinggang mereka) dan upacara pernikahan telah dilaksanakan menurut tradisi Zoroaster.


Luqman Haji seperti diwawancarau Al-Monitor di kuil kecil di Sulaimaniyah tentang sejauh mana pengakuan Zoroastrianisme di Irak, jumlah pengikut dan tempat-tempat kehadiran mereka. Dia juga membahas kontroversi seputar kembalinya agama kuno ini setelah menghilang selama berabad-abad dan bagaimana hubungannya dengan munculnya ISIS dan pendudukan sebagian besar negara. Ia juga mengklarifikasi pencarian Kurdi 'untuk identitas agama selain Islam, selain reaksi dari kalangan agama Islam mengenai kembalinya agama kuno yang telah menghasilkan banyak Muslim berpindah adama ke Zoroastrianisme.
Doa-doa Zoroaster, Ashem Vohu British Library Or. 8212/84 (Ch.00289) Foto: heritageinstitute.com
Sejauh pengamatan Luqman Haji, apa yang dia lakukan bukan hanya representasi agama dari agama yang telah berumur ribuan tahun, tetapi sebuah revolusi budaya yang berusaha mengarahkan hati dan pikiran orang-orang menuju kehidupan yang penuh kasih dan mengadopsi moderasi di negara terancam segregasi karena ketegangan etnis. Ia yakin bahwa revolusi nya akan memiliki hasil positif pada negara.

Apakah Zoroastrianisme agama yang diakui secara resmi di Kurdistan Irak? Dan apa batas-batas pengakuan tersebut? Teks lengkap dari wawancara tersebut, Dapat Anda baca di Al-Monitor: Is Zoroastrianism an officially recognized religion in Iraqi Kurdistan? And what are the limits of such recognition?

Nouri Sharif. Foto: rudaw.net
"Sekarang saatnya," kata Nouri Sharif, salah satu penggagas gerakan yang mendirikan organisasi Zoroaster di Eropa pada tahun 2006 dan pada bulan Maret mengumumkan di Kota Erbil kembali resmi masuk ke Kurdistan. Pada bulan April, Dewan Tertinggi Zoroastrianisme di Kurdistan didirikan.

Sudah aktif di Iran dan India, gerakan ini mengklaim memiliki 100.000 pengikut di Kurdistan Irak. Hal ini terutama reaksi terhadap kekerasan yang dilakukan oleh Negara Islam, menurut Sharif selama wawancara di sebuah kafe di kota kedua Kurdistan Sulaimani.

Lukisan Nabi Zoroaster
Agama yang banyak dianut suku Kurdi itu awalnya didirikan oleh Zoroaster, dikenal sebagai Zarathustra, lahir di bagian Kurdi Iran pada 3.500 tahun lalu. Kitab suci agama meeka adalah Avesta yang ditulis dalam bahasa kuno yang merupakan asal muasal Kurdi. 

Dimasa kini, diperkirakan hanya ada sekitar 190.000 penganut Zoroastrianisme  di dunia. Setelah Islam menjadi agama yang dominan di wilayah tersebut selama abad ke-7, Zoroastrianisme mulai berkurang bahkan hampir punah. 

Untuk pertama kalinya, dalam lebih dari seribu tahun, penduduk setempat di bagian pedesaan provinsi Sulaymaniyah melakukan upacara kuno pada tanggal 1 Mei (2015) lalu. Para pengikut Zoroaster itu mengenakan sabuk khusus yang menandakan mereka siap untuk melayani agama dan memegang teguh prinsipnya.  Prosesi itu semacam prosesi pembaptisan dalam iman Kristen.

Penganut Zoroastrianisme juga mengunjungi departemen pemerintah di Kurdistan Irak dan mereka meminta agar Zoroastrianisme diakui sebagai agama resmi. Mereka bahkan memiliki lagu kebangsaan sendiri. Banyak penduduk setempat yang menghadiri acara Zoroaster dan memberikan tanggapan terhadap organisasi Zoroaster dibeberapa media sosial.

Meskipun belum ada angka resmi yang menunjukkan seberapa banyak penduduk Kurdi yang benar-benar beralih ke agama tersebut, tetapi telah banyak perdebatan mengenai hal itu.

Mereka yang sudah menjadi penganut Zoroastrianisme percaya bahwa setelah penduduk setempat mempelajari lebih lanjut tentang agama mereka, maka jumlah mereka akan terus meningkat. Mereka juga tampaknya berupaya menyebarkan paham Zoroastrianisme.

Bahkan, Zoroastrianisme menyakini bahwa kekuatan baik dan jahat terus bergejolak di dunia. Hal inilah yang melatar belakang banyak penduduk setempat yang menduga bahwa kebangkitan agama Zoroaster terkait dengan krisis keamanan yang disebabkan oleh kelompok ekstremis yang dikenal sebagai Islamic State (ISIS).


"Orang-orang Kurdistan tidak lagi tahu mana yang benar-benar gerakan Islam, mana yang ajaran Islam atau sekedar fatwa mereka," kata Mariwan Naqshbandi, juru bicara Departemen Agama Kementerian Kurdistan Irak. Dia mengatakan bahwa kepentingan dalam Zoroastrianisme adalah gejala daripada adanya perbedaan pendapat dalam Islam dan ketidakstabilan agama di wilayah Kurdi Irak, serta di diberbagai negara secara keseluruhan.

"Bagi kebanyakan kelompok liberal dan nasionalis Kurdi, motto yang digunakan oleh Zoroastrian dipandang moderat dan realistis," jelas Naqshbandi. "Ada banyak orang di sini yang sangat marah dengan kelompok Negara Islam (ISIS) yang tidak manusiawi tersebut."
Qezqapan Cave adalah Kuil Zoroastrian diukir sebuah gunung di selatan Kurdistan.
Kuil ini berisi 3 kamar dan balkon. Setiap kamar berisi kuburan.
Foto: zetaboards.com

Naqshbandi juga menegaskan bahwa Kementeriannya akan membantu Zoroastrian mencapai tujuan mereka. Hak untuk kebebasan beragama dan beribadah itu dimuat dalam hukum Kurdi. 

Sementara Pemimpin Zoroaster al-Karim tidak begitu yakin terkait apakah Negara Islam, atau ISIS, yang telah mengubah cara pandang penduduk setempat tentang agama. "Orang-orang Kurdistan mengalami penderitaan keruntuhan budaya yang benar-benar menghambat terjadinya perubahan," ia berpendapat. "Tidak masuk akal bila menghubungkan Zoroastrianisme dengan kelompok ISIS. Kami hanya mendorong cara pandang yang baru tentang bagaimana menjalani kehidupan yang lebih baik, Zoroaster telah mengatakan cara tersebut untuk kita. "

Didalam media sosial lokal, ada banyak perdebatan tentang hal tersebut. Salah satu pertanyaan yang paling umum adalah: Apakah Kurdi akan meninggalkan Islam secara total dan mendukung keyakinan lainnya?

"Kami tidak ingin menjadi pengganti agama lain," tanggap Al-Karim. "Kami hanya ingin menjawab kebutuhan masyarakat."

Meskipun al-Karim enggan mengakuinya, tetapi secara jelas bahwa setiap orang yang melaksanakan ajaran Zoroastrianisme berarti meninggalkan Islam. Sampai saat ini Ulama Islam dan politisi Islam tidak mengkritik Zoroastrian secara terbuka.

Seorang politisi lokal, Haji Karwan, anggota Persatuan Islam di Kurdistan Irak, mengatakan bahwa dia tidak yakin ada banyak orang telah benar-benar beralih ke Zoroastrianisme. Dia juga menganggap bahwa mereka yang mempromosikan agama tersebut hanya segelitir saja. "Tapi tentu saja, orang bebas memilih agama apa pun yang mereka ingin dipraktekan," kata Karwan. "Islam menyatakan bahwa tidak ada paksaan dalam agama."
Sebuah kuil Zoroaster kuno, Dibangun zaman Dinasti Sassanids.
Foto: NothernIraq.info

Di sisi lain, Karwan tidak setuju dengan pandangan bahwa suatu agama -termasuk Zoroastrianisme- hanya khusus bagi "Kurdi" didunia. Agama datang ke umat manusia secara keseluruhan, tidak untuk kelompok etnis tertentu, katanya.

Wikipedia disebutkan bahwa, Zarathustra/Zoroaster adalah  nabi dari Persia oleh penganutnya. Dia adalah pencetus Zoroastrianisme yang dianut oleh bangsa Persia. Zarathustra diperkirakan hidup sekitar 1100-550 SM. Ada juga yang mengatakan dia hidup sekitar 1200-600 SM.

Dasar ajaran dari Zarathustra adalah monotheisme, yaitu menyembah hanya satu Tuhan, Ahura Mazda. Angra Mainyu, yang merupakan Sang Kegelapan dan lawan dari Ahura Mazda, adalah pengingkaran Tuhan.

Sumber:
  1. Al-Monitor.com
  2. Wikipedia.org
  3. MuslimMediaNews.com
  4. Rudaw.net
  5. Niqash.org
.
Baca Juga

Sponsor