Keberadaannya tercatat dalam naskah Perjalanan Bujangga Manik. Dalam kisah perjalanan Maha Prabu Kerajaan Sunda, Wastu Kancana yang berkunjung ke kabuyutan-kabuyutan atau tempat-tempat suci keagamaan. Selama 10 tahun Maharaja Wastu Kancana dengan didampingi Senapatiyuda atau Rakeyan Hujung, mengujngi kabuyutan-kabuyutan yang dimulai dari kabuyutan Galunggung (Mandala Galunggung) Tasikmalaya.
Mandala ini termasuk dalam daftar Kabuyutan atau Kemandalaan di Tatar Pasundan.
Selanjutnya berkunjung ke kabuyutan-kabuyutan (Mandala):
- Kabuyutan Cangkuwang (Garut)
- Kabuyutan Kendan (Bandung)
- Kabuyutan Sanghyang Tapak (Sukabumi)
- Kabuyutan Rancamaya (Sukabumi)
- Kabuyutan Pulasari (Pandeglang
- Kabuyutan Sunda Sembawa (Bekasi)
- Kabuyutan Pura Dalem (Karawang)
- Kabuyutan Kusala (Cirebon Selatan)
- Kabuyutan Saunggalah (Kuningan)
- Kabuyutan Gunung Bitung (Majalengka)
Selama di Mandala Gunung Bitu (Bitunggiri), Sang Mahaprabu dan Senapatiyuda menginap beberapa malam untuk memperhatikan perkembangan Agama Buddha Sarwastiwada di sana.
Ilustrasi Bangunan Kebiaraan Kabuyutan Mandala Sunda |
Referensi
- Nurhayati Rahman, "Sri Suketi Adiwimarta. Antologi sastra daerah Nusantara: cerita rakyat suara rakyat". 1999. Jakarta: Penerbit Obor. Google Books